Jumat, 01 Februari 2013

Mengokohkan Pohon Keimanan


 Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh..

             Allah SWT mengumpamakan iman yang kuat seperti pohon yang akarnya menghujam ke bumi, cabangnya menjulang ke langit, berdaun lebat, dan selalu berbuah.” Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik (Laa Ilaha Ilallah) seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke atas langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya selalu ingat.”(Q.S Ibrahim 14:24-25).

                Subhanalloh betapa indahnya bahasa Alquran menggambarkan kondisi iman yang tertanam kokoh dalam hati seorang muslim. Kita semua tentunya menginginkan menjadi seperti sebatang pohon yang kokoh dan bermanfaat itu. Disebut Syajaratul Iman (Pohon Keimanan) lantaran keimanan yang kokoh laksana sebuah pohon yang selalu memberikan manfaat yang amat banyak. Agar pohon itu tetap subur dan kokoh, tentunya perlu dipelihara dengan memberinya air yang bagus dan pupuk yang berkualitas. Iman pun juga demikian, harus dirawat dan dipupuk. Diantara strategi agar iman tetap dalam keadaan yang kokoh yaitu :

Pertama, Muhasabatunnafsi, melakukan intropeksi diri. Mengidentifikasi apa saja kekurangan, kelemahan, dan kealfaan kita, lalu memperbaikinya dengan sungguh-sungguh. Apabila melakukan amal keburukan, cepatlah bertaubat dengan memperbanyak istighfar yang kemudian ditindaklanjuti dengan melakukan amal kebajikan yang Allah ridhoi. “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendakah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(Q.S Al Hasyr/59:18).

Kedua, dengan Riyadhah Ruhaniyah, yaitu dengan latihan membiasakan melakukan amalan-amalan sunnah seperti shaum sunah, shalat Dhuha, shalat Tahajut, Shalat Witir, dan amalan-amalan sunah lainnya yang berfunsi untuk menyuburkan ruhiyah, sehingga senantiasa merasakan kehadiran Allah dalam hidup.

Ketiga, Tadabbur Quran, yaitu membaca, memahami, menghayati, serta mengamalkan Al Quran. Syukur-syukur kita bisa mengajarkannya. Usman bin ‘Affan r.a., berkata ‘’Rasullulah saw. bersabda ‘’Sebaik-baik dari kalian adalah yang mempelajari Al Quran, kemudian mengajarkannya.’’ (H.R.Bukhari).
Dengan tadabbur Quran, hati menjadi bercahaya karena Al Quran berfungsi sebagai cahaya (penerang) bagi orang yang dalam kegelapan, yang diliputi oleh keragu-raguan, kebimbangan dalam menjalani kehidupan, sehingga mendapatkan kemampuan membedakan dengan jelas mana yang benar dan mana yang batil. ‘’Mengapa mereka tidak mentadabburi (memperhatikan) Al Quran, ataukah hati mereka terkunci?’’ (Q.S.Muhammad 47:24)    

Keempat, Dzikrullah(banyak mengingat Allah). Dengan mengingat Allah, hati akan menjadi tentram. Ketentraman itu terasa dari jiwa ihsan, yaitu merasakan Allah selalu melihatnya sehingga setiap aktivitasnya senantiasa ada dalam tataran fitrahnya (mengikuti petunjuk Allah), yaitu ada dalam situasi tentram dan damai, penuh keimanan yang merupakan cahaya didalam menjalani kehidupannya. “Hai orang-orang yang beriman berdzikirlah(dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbillah kepada-Nya di waktu pagi dan petang. Dialah yang memberikan rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohon ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.”(Q.S. Al Ahzab 33:41-43).

Kelima, Memperbanyak Do’a. Memohon pertolongan Alah agar hidup senantiasa ada dalam petunjuk-Nya, Senantiasa berada dalam jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang telah mendapatkan anugerah nikmat-Nya seperti para nabi, shaddiqin, syuhada, dan shaihin. “ Dan barangsiapa yang menta’ati Alah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang dianugerahi nikmta oleh Allah, yaitu para nabi, siddiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang yang saleh. Dan mereka itulah teman-teman yang sebaik-baiknya.” (Q.S. an-Nisa 4:69).

Keenam, Mencintai fakir miskin dan anak yatim. Abu hurairah r.a bercerita, seseorang melaporkan kepada Rasulah saw. tentang kegersangan qalbu yng dialaminya. Beliau saw, menegaskan, “Bila engkau mau menghidupkan qalbumu, beri makanlah orang-orang miskin dan cintai anak yatim.” (H.R Ahmad)

                Mencintai mereka diaplikasikan dalam bentuk zakat, infaq, shadaqah, dan kegiatan-kegiatan sosial yang dilandasi tujuan membahagiakan fakir, miskin, dan yatim sebagai ekspresi dari jiwa syukur atas anugerah kenikmatan Allah. Syukur adalah akitvitas yang lahir dari keyakinan bahwa harta yang dimilikinya adalah titipan Allah yang harus dipergunakan secara prposional sesuai yang dikehendaki-Nya. Allah akan menambah nikmat bagi orang-orang yang bersyukur. Semakin banyak membahagiakan orang lain, akan semakin banyak kenikmatan hidup yang akan diraih “…Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu dan jika mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (Q.S. Ibrahim/14:7). 

Wassalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh..

Sumber : Buletin Hidayah

0 komentar:

Jumat, 01 Februari 2013

Mengokohkan Pohon Keimanan

Posted by Rohis Stemsend |

 Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh..

             Allah SWT mengumpamakan iman yang kuat seperti pohon yang akarnya menghujam ke bumi, cabangnya menjulang ke langit, berdaun lebat, dan selalu berbuah.” Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik (Laa Ilaha Ilallah) seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke atas langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya selalu ingat.”(Q.S Ibrahim 14:24-25).

                Subhanalloh betapa indahnya bahasa Alquran menggambarkan kondisi iman yang tertanam kokoh dalam hati seorang muslim. Kita semua tentunya menginginkan menjadi seperti sebatang pohon yang kokoh dan bermanfaat itu. Disebut Syajaratul Iman (Pohon Keimanan) lantaran keimanan yang kokoh laksana sebuah pohon yang selalu memberikan manfaat yang amat banyak. Agar pohon itu tetap subur dan kokoh, tentunya perlu dipelihara dengan memberinya air yang bagus dan pupuk yang berkualitas. Iman pun juga demikian, harus dirawat dan dipupuk. Diantara strategi agar iman tetap dalam keadaan yang kokoh yaitu :

Pertama, Muhasabatunnafsi, melakukan intropeksi diri. Mengidentifikasi apa saja kekurangan, kelemahan, dan kealfaan kita, lalu memperbaikinya dengan sungguh-sungguh. Apabila melakukan amal keburukan, cepatlah bertaubat dengan memperbanyak istighfar yang kemudian ditindaklanjuti dengan melakukan amal kebajikan yang Allah ridhoi. “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendakah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(Q.S Al Hasyr/59:18).

Kedua, dengan Riyadhah Ruhaniyah, yaitu dengan latihan membiasakan melakukan amalan-amalan sunnah seperti shaum sunah, shalat Dhuha, shalat Tahajut, Shalat Witir, dan amalan-amalan sunah lainnya yang berfunsi untuk menyuburkan ruhiyah, sehingga senantiasa merasakan kehadiran Allah dalam hidup.

Ketiga, Tadabbur Quran, yaitu membaca, memahami, menghayati, serta mengamalkan Al Quran. Syukur-syukur kita bisa mengajarkannya. Usman bin ‘Affan r.a., berkata ‘’Rasullulah saw. bersabda ‘’Sebaik-baik dari kalian adalah yang mempelajari Al Quran, kemudian mengajarkannya.’’ (H.R.Bukhari).
Dengan tadabbur Quran, hati menjadi bercahaya karena Al Quran berfungsi sebagai cahaya (penerang) bagi orang yang dalam kegelapan, yang diliputi oleh keragu-raguan, kebimbangan dalam menjalani kehidupan, sehingga mendapatkan kemampuan membedakan dengan jelas mana yang benar dan mana yang batil. ‘’Mengapa mereka tidak mentadabburi (memperhatikan) Al Quran, ataukah hati mereka terkunci?’’ (Q.S.Muhammad 47:24)    

Keempat, Dzikrullah(banyak mengingat Allah). Dengan mengingat Allah, hati akan menjadi tentram. Ketentraman itu terasa dari jiwa ihsan, yaitu merasakan Allah selalu melihatnya sehingga setiap aktivitasnya senantiasa ada dalam tataran fitrahnya (mengikuti petunjuk Allah), yaitu ada dalam situasi tentram dan damai, penuh keimanan yang merupakan cahaya didalam menjalani kehidupannya. “Hai orang-orang yang beriman berdzikirlah(dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbillah kepada-Nya di waktu pagi dan petang. Dialah yang memberikan rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohon ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.”(Q.S. Al Ahzab 33:41-43).

Kelima, Memperbanyak Do’a. Memohon pertolongan Alah agar hidup senantiasa ada dalam petunjuk-Nya, Senantiasa berada dalam jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang telah mendapatkan anugerah nikmat-Nya seperti para nabi, shaddiqin, syuhada, dan shaihin. “ Dan barangsiapa yang menta’ati Alah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang dianugerahi nikmta oleh Allah, yaitu para nabi, siddiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang yang saleh. Dan mereka itulah teman-teman yang sebaik-baiknya.” (Q.S. an-Nisa 4:69).

Keenam, Mencintai fakir miskin dan anak yatim. Abu hurairah r.a bercerita, seseorang melaporkan kepada Rasulah saw. tentang kegersangan qalbu yng dialaminya. Beliau saw, menegaskan, “Bila engkau mau menghidupkan qalbumu, beri makanlah orang-orang miskin dan cintai anak yatim.” (H.R Ahmad)

                Mencintai mereka diaplikasikan dalam bentuk zakat, infaq, shadaqah, dan kegiatan-kegiatan sosial yang dilandasi tujuan membahagiakan fakir, miskin, dan yatim sebagai ekspresi dari jiwa syukur atas anugerah kenikmatan Allah. Syukur adalah akitvitas yang lahir dari keyakinan bahwa harta yang dimilikinya adalah titipan Allah yang harus dipergunakan secara prposional sesuai yang dikehendaki-Nya. Allah akan menambah nikmat bagi orang-orang yang bersyukur. Semakin banyak membahagiakan orang lain, akan semakin banyak kenikmatan hidup yang akan diraih “…Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu dan jika mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (Q.S. Ibrahim/14:7). 

Wassalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh..

Sumber : Buletin Hidayah

0 komentar: